BANDUNGKU (part 2)
Ya, inilah Bandungku, tempat dimana aku mengenal tentang akulturasi budaya dan sosial. Tempat dimana aku berkembang mencoba menjadi pemuda yang berguna dan bermanfaat. Perkenalanku dengan Bandung sudah hampir berjalan yang ke sepuluh tahun. Andai bandung bisa diputar kembali ke waktu
sedia kala ketika aku pertama kali menginjakkan kaki dikota ini. Tapi
itu tak akan bisa. Semua sudah berubah. Jaman makin maju, dan Bandung
pun kini sudah hampir mirip dengan kota metropolitan "Jakarta". Ini terlihat ketika setiap pagi hari tiba. Yang "kaya"
menengah keatas semakin gengsi dengan mobil pribadi nya. Yang siswa &
mahasiswa makin stres karna tiap hari harus berkutat dengan macet. Waktu ke
sekolah atau ke kampus kian hari makin terpotong. Yang ojek atau mobil online sudah
siap ambil ancang - ancang untuk mencari pelanggan. Dan akhirnya semua tumpah ruah
dijalan raya, saling berdesak -desakan. Bandung ku sekarang bukan Bandung
yang kupijak dan kukenal pertama kali seperti 9 tahun yang lalu. Ketika diriku mulai
mengenal dan merasakan "dingin" nya Bandung. Apakah pemerintah tidak ada
upaya untuk mengatasi nya? Ada ternyata jawaban nya. Mulai dari fly over,
penambahan stok bus, hingga selfie di angkot. Tapi kenapa masih macet? Karna
kesadaran masyarakat menengah "keatas" nya juga msih banyak yang kurang. Andai 1
mobil hanya diisi 1 orang ketika ingin berangkat kerja dipagi hari. Bayangkan
berapa ribu mobil tiap hari yang beradu di jalan raya untuk sampai kantor nya.
Mobil kalian yang gede itu sebenarnya kalo dijalan raya bisa menampung
sampai dengan 3 motor tau. Percaya ga? Satu jalan yang mobil habisin sendiri dan
dipake cuman satu atau dua org saja, sama dengan 3 motor yang bisa dipakai
jalan untuk 6 orang. Dan edan nya lagi, tiap tahun mobil makin nambah jumlah
nya. Belum lagi sabtu dan minggu pasti macet nya makin parah karena orang - orang dari kota lain berkunjung ke Bandung untuk menikmati liburan disini. Ayolaaah. Katanya orang bandung benci macet! Kok sekarang malah yang
ditonjolin sisi hedon dan gengsi nya. Sekiranya buat ngisi bensin yg harga
nya puluhan ribu tiap hari, mending uang nya dipake buat naik damri.
Pakailah kendaraan mu dengan cermat guys! Laen jang saukur gaya di jalan
raya. Kasian mahasiswa yang kuliah dan anak- anak yang sekolah. Pesan ini saya
sampaikan dari komoditi minoritas yang waktu nya tersita wae(melulu) dijalan raya
yang padat merayap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar