Cari Blog Ini

Sabtu, 17 Desember 2016

BANDUNGKU (part 2)


Ya, inilah Bandungku, tempat dimana aku mengenal tentang akulturasi budaya dan sosial. Tempat dimana aku berkembang mencoba menjadi pemuda yang berguna dan bermanfaat. Perkenalanku dengan Bandung sudah hampir berjalan yang ke sepuluh tahun. Andai bandung bisa diputar kembali ke waktu sedia kala ketika aku pertama kali menginjakkan kaki dikota ini. Tapi itu tak akan bisa. Semua sudah berubah. Jaman makin maju, dan Bandung pun kini sudah hampir mirip dengan kota metropolitan "Jakarta". Ini terlihat ketika setiap pagi hari tiba. Yang "kaya" menengah keatas semakin gengsi dengan mobil pribadi nya. Yang siswa & mahasiswa makin stres karna tiap hari harus berkutat dengan macet. Waktu ke sekolah atau ke kampus kian hari makin terpotong. Yang ojek atau mobil online sudah siap ambil ancang - ancang untuk mencari pelanggan. Dan akhirnya semua tumpah ruah dijalan raya, saling berdesak -desakan. Bandung ku sekarang bukan Bandung yang kupijak dan kukenal pertama kali seperti 9 tahun yang lalu. Ketika diriku mulai mengenal dan merasakan "dingin" nya Bandung. Apakah pemerintah tidak ada upaya untuk mengatasi nya? Ada ternyata jawaban nya. Mulai dari fly over, penambahan stok bus, hingga selfie di angkot. Tapi kenapa masih macet? Karna kesadaran masyarakat menengah "keatas" nya juga msih banyak yang kurang. Andai 1 mobil hanya diisi 1 orang ketika ingin berangkat kerja dipagi hari. Bayangkan berapa ribu mobil tiap hari yang beradu di jalan raya untuk sampai kantor nya. Mobil kalian yang gede itu sebenarnya kalo dijalan raya bisa menampung sampai dengan 3 motor tau. Percaya ga? Satu jalan yang mobil habisin sendiri dan dipake cuman satu atau dua org saja, sama dengan 3 motor yang bisa dipakai jalan untuk 6 orang. Dan edan nya lagi, tiap tahun mobil makin nambah jumlah nya. Belum lagi sabtu dan minggu pasti macet nya makin parah karena orang - orang dari kota lain berkunjung ke Bandung untuk menikmati liburan disini. Ayolaaah. Katanya orang bandung benci macet! Kok sekarang malah yang ditonjolin sisi hedon dan gengsi nya. Sekiranya buat ngisi bensin yg harga nya puluhan ribu tiap hari, mending uang nya dipake buat naik damri. Pakailah kendaraan mu dengan cermat guys! Laen jang saukur gaya di jalan raya. Kasian mahasiswa yang kuliah dan anak- anak yang sekolah. Pesan ini saya sampaikan dari komoditi minoritas yang waktu nya tersita wae(melulu) dijalan raya yang padat merayap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar